Tajuk.co, JAKARTA — Arvilla Delitriana, seorang arsitek jembatan lengkung (longspan) proyek Gatot Subroto-Kuningan LRT Jabodebek, dengan tegas membantah bahwa proyek tersebut mengalami kesalahan desain.
“Dalam hal ini, tidak ada masalah terkait desain, tidak ada kesalahan perhitungan, semuanya telah direncanakan dengan matang,” ungkap Arvilla, yang akrab dipanggil Dina, pada hari Selasa (8/8).
Menurut Dina, kritik yang sebelumnya disampaikan oleh Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, mengenai proyek ini sebenarnya berkaitan dengan kecepatan yang harus diperlambat saat melewati jembatan, yang direncanakan menjadi 20 km per jam. Namun, dia menegaskan bahwa kecepatan dari jalur lurus ke jalur berbelok pastinya akan mengalami penurunan.
“Kecepatan tersebut sangat bergantung pada jalur yang dilalui, apakah itu jalur jalan raya, jalur jembatan, atau trek rel. Pilihan jalur sangat terkait dengan lingkungan sekitarnya,” dia menjelaskan.
“Ahli-ahli yang telah merancang proyek ini telah mempertimbangkan dengan cermat agar LRT Kuningan dapat beroperasi sesuai dengan persyaratan kecepatan tertentu. Kami sebagai perencana jembatan menyesuaikan dengan hal tersebut,” tambahnya.
Dina juga memastikan bahwa komunikasi antara berbagai pihak terkait telah berjalan lancar. Proyek pembangunan ini telah didasarkan pada perencanaan yang mempertimbangkan kondisi lingkungan yang ada.
“Selalu terdapat diskusi mengenai kriteria desain, tujuan jembatan ini, jenis kendaraan yang akan melewatinya, serta kecepatan yang diinginkan, semuanya telah dibahas sejak awal,” ungkapnya.
Sebenarnya, menurut Dina, merancang jembatan dengan lengkungan yang lebih kecil justru lebih sulit. Namun, dalam proyek ini, perencanaan awal telah mempertimbangkan batasan kondisi tersebut. Jika ingin membuat lengkungan yang lebih besar, maka akan muncul hambatan terkait pembebasan lahan.
“Beberapa bangunan di sekitarnya harus dipindahkan terlebih dahulu. Saya yakin biaya untuk pembebasan lahan akan sangat tinggi,” tambahnya.
Dia juga mengonfirmasi bahwa keselamatan jembatan longspan ini sudah terjamin. Saat perencanaannya, jembatan ini dirancang untuk dapat dilalui oleh LRT dengan kecepatan sekitar 35 km per jam. Selain itu, sejumlah uji coba, termasuk dengan beban, juga sudah berhasil dilakukan.
“Kami telah mendengar bahwa kecepatannya sekitar 35 km per jam, sesuai dengan aturan untuk jembatan lengkung seperti ini. Namun, terdapat faktor-faktor lain terkait keamanan, yang kami sepakati bersama dengan pihak LRT. Mungkin juga ada faktor perangkat lunak yang terlibat, sehingga akhirnya disepakati untuk mengatur kecepatan menjadi 20 km per jam,” ujar Dina, yang juga merupakan seorang insinyur yang merancang Simpang Susun Semanggi.