Jika tidak Diatasi, Stunting Bisa Ancam Generasi Masa Depan

JAKARTA — BKKBN menggelar Sosialisasi Pencegahan Stunting di wilayah Duren Tiga, Kec. Pancoran, Kota Adm. Jakarta Selatan, Minggu (20/10).

Hadir dalam sosialisasi ini Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Dr Kurniasih Mufidayati, Kepala Sudin PPAPP Kota Adm.Jakarta Selatan Drs. Fathur Rohim, M.Si, Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN Dr. Edi Setiawan, S.Si., M.Sc., MSE.

Kurniasih dalam paparannya mengatakan, stunting, atau gangguan pertumbuhan akibat kurang gizi pada anak, telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan masa depan generasi muda di seluruh dunia.

Masalah gizi ini telah mencapai proporsi yang mengkhawatirkan dan memerlukan perhatian mendesak dan tindakan terkoordinasi untuk mengatasi dampaknya.

“Stunting terjadi ketika anak-anak tidak mendapatkan nutrisi yang cukup dalam masa pertumbuhan mereka, terutama selama 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari kehamilan hingga usia dua tahun. Dampak dari stunting dapat berlangsung sepanjang hidup dan mencakup masalah kesehatan, perkembangan fisik dan kognitif yang terhambat, serta pengurangan produktivitas di kemudian hari,” terang Kurniasih.

Kurniasih mengatakan, Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 144 juta anak di seluruh dunia mengalami stunting. Stunting umumnya lebih banyak terjadi di negara-negara berkembang, tetapi tidak terbatas pada mereka saja. “Dalam beberapa kasus, bahkan negara-negara maju juga melaporkan tingkat stunting yang tinggi,” terang Kurniasih.

Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN Dr. Edi Setiawan mengatakan dampak stunting bisa memiliki beberapa dampak seperti perkembangan kognitif yang terhambat, yang dapat berdampak pada prestasi akademik dan kemampuan berpikir.

“Mereka lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi karena sistem kekebalan tubuh yang lemah.Stunting dapat berdampak negatif pada produktivitas di kemudian hari, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,” papar Edi.

Edi menambahkan cara pencegahan stunting bisa dilakukan dengan mendorong pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan anak adalah langkah penting. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap makanan bergizi dan air bersih.

“Edukasi tentang pentingnya gizi seimbang dan praktik pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) serta meningkatkan akses ke perawatan kesehatan yang berkualitas untuk ibu hamil dan anak-anak,” ujar dia.

Exit mobile version