KMF Sport: Mahalnya dan Minimnya Fasilitas Olahraga Jadi Pemicu Utama Tawuran Pelajar di Jakarta Selatan

Jakarta, Tajuk.co  — Ketua KMF Sport, Abdul Rohim, menegaskan bahwa tawuran pelajar di Jakarta Selatan tidak bisa hanya dibaca sebagai kenakalan remaja semata, melainkan sebagai dampak dari mahalnya biaya akses olahraga dan kurangnya fasilitas yang layak bagi pelajar di Jakarta.

Menurut Rohim, peristiwa tawuran bersenjata yang baru-baru ini terjadi, sebagaimana diberitakan DetikNews, menunjukkan bahwa remaja tidak memiliki ruang positif untuk menyalurkan energi. “Faktor ‘gabut’ yang diucapkan para pelaku tawuran itu sebenarnya cermin dari minimnya pilihan aktivitas. Ketika fasilitas olahraga mahal atau sulit diakses, remaja mencari pelampiasan lain yang kadang berbahaya,” ujarnya.

Rohim menjelaskan bahwa banyak fasilitas olahraga yang tersedia di Jakarta, seperti GOR kecamatan atau GOR Bulungan di Jakarta Selatan, namun biaya sewanya tidak ramah bagi remaja dari keluarga biasa. Selain itu, kapasitas fasilitas tersebut belum sebanding dengan kebutuhan populasi pelajar di wilayah padat seperti Jakarta Selatan.

“GOR itu ada, tapi harganya tidak murah dan slot waktunya terbatas. Tidak semua anak bisa ikut kegiatan olahraga terstruktur kalau aksesnya masih seperti ini,” tegasnya.

Ia menilai kondisi tersebut berkontribusi besar terhadap maraknya kenakalan remaja, termasuk tawuran. “Kalau lapangannya mahal, kalau fasilitasnya terlalu jauh, kalau tidak ada ruang untuk berkegiatan, ya anak-anak akhirnya mencari kegiatan alternatif yang salah. Ini bukan sekadar salah mereka, tetapi juga salah sistem yang tidak menyediakan ruang aman dan terjangkau bagi mereka,” kata Rohim.

Terkait sanksi pencabutan Kartu Jakarta Pintar (KJP) bagi pelajar yang terlibat tawuran, Rohim menilai langkah tersebut tegas namun belum menyentuh akar masalah. “Sanksi itu perlu, tetapi tidak menyelesaikan penyebab utamanya. Kalau fasilitas olahraga tetap mahal dan terbatas, kasus serupa akan terus muncul,” ujarnya.

Ia juga menyoroti revitalisasi fasilitas olahraga yang sedang dilakukan Dispora DKI Jakarta, namun menilai prosesnya terlalu lambat untuk menjawab urgensi hari ini. “Revitalisasi itu bagus, tapi belum menjawab kebutuhan mendesak remaja sekarang. Perlu percepatan dan perlu keberanian pemerintah menyubsidi biaya olahraga untuk pelajar,” tegasnya.

“Kalau kita serius ingin mengurangi tawuran, solusinya bukan hanya hukuman. Kita harus membuka akses olahraga yang murah, dekat, dan mudah diikuti. Remaja itu butuh ruang gerak, bukan sekadar ancaman sanksi,” tutup Rohim.

Exit mobile version